Sabtu, 21 November 2015

The Speech



This is the speech that I brought when I joind the speech competition at IAIN SALATIGA 

Assalamu’alaikum wr wb

Your Excellency : The Rector of IAIN Salatiga
Respectable : All the Juries of speech competition
Honorable : All the Committees of speech competition

First of all there is no beautiful sentence except say thanks  unto our God Allah SWT. Who has been giving us mouth for speaking, eyes for looking, ears for hearing, and heart for loving. So let say hamdallah together. Alhamdulillahi robbil’alamin.
Secondly, may peace and salutation always be given to our prophet Muhammad SAW, as the last messenger of Allah SWT, who has guided us from jahiliyah to islamiyah era, namely Islam as the true religion in this world till hereafter.
Thirdly, I don’t forget to say thank you very much to the master of ceremony who has given me chance to give my speech in front of you all.
Well ladies and gentleman In this occasion I would like to deliver my speech by the title “ The young generation as the reflection of the nation future”
Well ladies and gentleman as the young generation we have already known that The young generation is the reflection of the nation future. The world belongs to the young generation, and the destiny of our nation is in our hand as the young generation. A country would be great if supported by the youth who are aware that education is important to them. The young generation is set up to be " future leaders " So as the reflect of the nation's future and become a pillar of a nation . we may not be a weak whether in physic, knowledge or education, and the spirit of life. It is undeniable that the young generation has a big role for the nation .The progress of a nation depends on the quality of the youth generation. But what happen with the young generation now ? most of them don’t care about their quality, they do criminal cases, free sex, smoking, consuming drugs and many others. Don’t you ever think? why this happen in our young generation?. This is happen because of our low religion, low education, and low moral.
When we were child I am sure that our parents had already taught us about religion, since we were born our father did adzan and iqomah beside of our left and right ears. It means that we were recognized by religion since we knew nothing. Not only it, when we were in elementary school our teacher taught us about religion as well right? Till we were in junior high school, senior high school even we are in college, we always study about religion, in other to know about sin, reward, god, and what is the destination of our life. But unfortunately not all of people understand about religion, some of them grow without knowing what’s pray for, why should believe in God, and others. They just do worship without knowing the purpose is. This is one of causes why they do a criminal action. Because they don’t know the function of religion, so they are not afraid of doing a bad thing. From this, we can conclude that  religion is one of the important thing to be understood to face the world.
Well ladies and gentlemen  Living in this world is not enough if only having religion or knowledge, both of them should be balance. As we know that religion without knowledge is blind and knowledge without religion is paralyzed. so we may not miss one of them. Both of them  may not be separated if we want to be able to walk intelligently in a right way. So guys with having a good religion and good education it will help our nation.
Education has been considered as the centre of excellence in preparing human's excellent characters. This belief drives every single person to be ready to face the global challenges. Education is considered to be the best place to prepare the agent of change of the nation that will bring prosperous to others. Education institution is no longer a place to transfer knowledge only, but also a place to form youth's attitude, behavior, character, and leadership. Thus, it is justifiable to reflect some basic value and character of Indonesia and cultivate them to all young generation in the form of national character building through education.
By good education Indonesia will be developed country. Why? Because education can make Indonesian being cleverer. Not only clever in knowledge, but also clever in everything . Such as Clever in deliver opinion, clever in thinking to respond and solve everything that happens in country, clever in action, and etcetera. The young generation must get a good education, because they will be the nation’s future. What will happen if they don’t get good education? Of course our country will be destroyed. If they don’t get good education, how can they solve the problem in their country? , how can they make Indonesia be developed country? It will be a big problem. I am sure that it will be difficult for them to be the pioneers of development, but it will be easy for them to be the virus of development, obstacles of development , even destroy the development, because with the poor education people will be easily to be influenced, and they will do everything what they want without thinking before, without any responsible, speaking without knowledge and many others. So giving good education to young generation is important, because they are the nation’s future.
However, how is the current condition of Indonesian people? education is key to advancing this nation, not to mention the increasingly rampant drug cases among the generation that does not go as finding common ground. So, what should we do to build this nation? Being superior generation of intelligent, creative, and morals through education is one correct answer for us to build a nation that was overwhelmed with a lot of these problems.
Well ladies and gentleman education is the movement from the darkness to the lightness, so don’t be afraid of getting the light, let’s be the stars  which always shine by it selves. Don’t be a moon which is bright because the light of the sun . we are as the young generation start from now let’s create the good story of our nation by using our knowledge, let’s change the destiny of our nation by struggle hard, and let’s do the best for our future, shall we?

Well I am Nurul Hikmah thank you very much for your nice attention, I do apologize for all of my mistakes that I did, because The wrong utterances are caused by limitation of my ability and the right one is merely from Allah SWT. So, I beg your pardon, finally I say .


Wassalamu’alaikum wr.wb

Rabu, 04 November 2015

My Biodata




 
Allhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan kepada kita semua. Sehingga kita dapat terus menikmati limpahan kasih sayang-Nya. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi agung kita nabi Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan kita sepanjang masa.
Biodata Ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diberikan oleh Ibu Sri Handayani, M.Pd.
Saya  mengucapkan banyak terimakasih kepada beliau Ibu Sri Handayani selaku dosen Bahasa Indonesia.
Nama saya Nurul Hikmah. Kebanyakan orang memanggil saya Hikmah atau Nuhik yang berasal dari singkatan Nurul Hikmah, akan tetapi orang tua saya dan semua orang di kampung saya terbiasa memanggil saya dengan panggilan Nurul. Sebenarnya saya agak tidak suka dengan panggilan Nurul karena di desa saya banyak sekali orang yang bernama Nurul dan teman-teman saya di kampung biasanya memberikan julukan kepada orang-orang yang bernama kembar seperti saya ini dengan cara menyebutkan perbedaan fisik yang mencolok seperti Nurul pendek, Nurul tinggi, Nurul putih, Nurul hitam, Nurul pesek dan lain sebagainya. Panggilan itu sungguh menyakitkan bagi saya, karena mereka selalu membedakan saya dengan sebutan Nurul pendek karena mereka merasa lebih tinggi dari saya. Menyakitkan bukan ?, oleh karena itu saya  merasa minder dengan kependekan saya sehingga sejak saat itu saya memutuskan untuk membiasakan melakukan olahraga renang yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan badan saya. Tapi lambat laun saya mulai melupakan ambisi saya, lama kelamaan saya mulai menikmati dan mencintai olahraga itu. Sehingga sampai sekarang saya masih sering pergi ke kolam renang untuk melakukan olahraga tersebut. Jika mengingat masa lalu seperti ini saya jadi teringat dengan perkataan guru saya, beliau sering mengatakan “ tenang jangan khawatir karena ada hikmah di balik sesuatu, hikmah datang masalah hilang ” entahlah waktu itu apa yang sanya tangkap. Akan tetapi menurut saya panggilan hikmah itu lebih indah daripada Nurul atau Nuhik. Maka dari itu saya lebih suka di panggil “ Hikmah “ .
Selain memiliki hobi renang, saya juga memiliki hobi lainnya yaitu mengumpulkan plastik atau kresek kalau orang desa bilang. Awal mula itu sebenarnya bukan hobi saya melainkan kebiasaan ibu saya ketika habis membeli barang, beliau langsung melipat plastik bekas belanjaanya itu dan kemudian menyimpanya di sekumpulan plastik yang sudah beliau kumpulkan. Ibu mengumpulkan plastik-plastik itu bukan untuk di jual ke tetangga melainkan untuk digunakan kembali ketika kami membutuhkanya. Ketika masih kecil memang saya selalu memperhatikan apa yang di lakukan oleh orangtua saya, jadi tidak heran ketika kebiasaan mereka kadang terbawa oleh saya sampai saat ini. Walaupun kelihatanya sepele tetapi dari hal terkecil seperti itulah saya dapat membantu teman saya di kos atau di asrama. Karena tak jarang mereka membutuhkan plastik untuk mempermudah membawa barang bawaan mereka. Jadi, tak heran jikalau mereka sering mencari saya ketika membutuhkan plastik J.
Alhamdulillah saya dilahirkan dengan sehat pada tanggal 22 Januari 1995 dengan berat 3 kg. Saya memiliki satu saudara laki-laki dan satu saudara perempuan. Saudara laki-laki saya bernama Muhammad Munif dan saudara perempuan saya bernama Ilma Zidna sedangkan Ayah saya bernama Munawar dan Ibu saya bernama Kuswati. Saya dilahirkan di Pekalongan, tepatnya di dukuh Wonorojo RT 04 RW 01 desa Kalirejo kecamatan Talun. Sewaktu kecil saya di sekolahkan di TK Kalirejo kemudian setelah lulus saya di daftarkan di SDN Kalirejo 2. Ketika saya masih SD saya sangat berambisi sekali agar bisa masuk 10 besar. Karena di SD saya bagi siapa saja yang bisa masuk 10 besar namanya akan harum terpajang di mading kelas. Dan saya termasuk salah satu siswi yang menggilai hal itu. Saya selalu ingin melihat nama saya terpajang disana sehingga saya sangat berambisi sekali untuk mendapatkan satu celah ruang disana. Tanpa sepengetahuan orangtua saya, saya selalu mencoba menjadi murid yang patuh, sopan dan rajin. Walaupun kenyataanya saya tidak terlalu pintar tapi Alhamdulillah saya selalu masuk 10 besar. Dan nama saya pun selalu dengan sangat gagahnya terpampang dengan penuh senyum di sana “walaupun dapat urutan ke sepuluh tapi tidak apa-apa lah…..yang penting nama saya bisa masuk di madding kelas” pikir saya waktu itu. Tentunya saya bersyukur sekali dengan semua yang saya dapatkan di kala itu.
Tetapi ketika saya sudah memakai seragam putih biru semuanya berubah total. Saya meminta orangtua saya untuk menyekolahkan saya di kota sambil mondok. Orangtua saya pun menyetujuinya dengan harapan saya bisa menjadi anak yang mandiri dan paham agama. Tapi apa yang saya lalukan disana? Awal masuk sekolah saya biasah saja, tetapi setelah naik ke kelas dua, saya malah berteman dengan anak-anak dari luar pondok yang notabennya bebas. Dalam waktu dua bulan saja saya mulai berani bertingkah, saya mulai sering keluar masuk pondok di sore hari, sering tidur di kelas, sering terlambat sekolah, tidak perduli dengan pelajaran, sering membolos, sampai-sampai pernah di kejar-kejar satpol pp ketika  membolos ke pantai. Dengan kenakalan-kenakalan yang saya lakukan saya sering mendapatkan hukuman berat seperti membersihkan 8 kamar mandi selama satu hari, disiram comberan, dijemur dengan panasnya terik matahari sambil membaca Al-Qur’an di depan halaman pondok. Sungguh memalukan sekali. Sampai-sampai para guru memvonis saya dan teman-teman bermain saya tidak akan lulus Ujian Nasional. Akan tetapi anehnya hati saya masih tertutup. Saya tidak perduli akan hal itu, acuh tak acuh saya mendengarkan nasehat guru-guru saya.
Hingga sekitar dua atau tiga bulan sebelum Ujian Nasional dilaksanakan saya masih belum berubah. Ketika saat itu ada kakak kelas yang sudah lulus MA yang mana masih tetap tinggal di pondok karena melanjutkan hafalannya. Semasa sekolah dia memang terkenal pintar dalam segala mata pelajaran. Dia bernama Ummu Kulsum Solikha. Dia berparas cantik dan baik. Sesuai dengan namanya yang solikhah hatinya pun sama solikhahnya. Dialah malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan untuk menolong saya. Dialah yang merubah saya selama dua bulan menjelang Ujian Nasional. Semula dia mendekati saya dengan berpura-pura minta diajari matematika untuk mengingat pelajarannya dulu, akan tetapi saya selalu menolaknya karena saya sadar diri, saya tidak paham sama sekali dengan pelajaran sekolah, “bagaimana saya bisa menyalahkan atau membetulkan kalau sayapun tidak paham”. Pikir saya waktu itu. Diapun tak kehabisan akal dia mencoba membuat contoh soal dan mengerjakanya sendiri di buku saya dan mulai menanyakan ”apakah benar seperti ini?” “ tolong dong carikan rumus luas persegi panjang! ” “ eh tujuh kali delapan berapa to? ” setiap hari dia selalu mendekati saya dengan cara seperti itu sampai-sampai ketika malam dia selalu membangunkan saya dengan alasan minta di antar ke kamar mandi karena takut. Kemudia menyuruh saya menemani dia sholat tahajud saya hanya duduk di sampingnya tanpa melakukan apa-apa. Kejadian itu selalu berulang setiap harinya. Hingga akhirnya hati saya pun tergugah untuk membiasakan sholat malam seperti dia. Dari situlah saya mulai bisa diajak belajar, membahas pelajaran, semua materi Ujian Nasional saya bahas berdua dengan mbak Ummu sehabis sholat tahajud. Sehingga teman-teman saya yang sepondok atau seasrama tidak pernah tahu kalau saya sering belajar bersama dengan mbak ummu tengah malam. Saya memang malu kalau ketahuan belajar, maka dari itu saya sering bersembunyi ketika belajar, saya biasanya mengajak mbak Ummu belajar di lantai 2 atau di tempat manapun yang sepi.
Tanpa sadar lama-kelamaan saya mulai bisa disiplin dan tidak pernah membolos lagi. Hingga akhirnya  saya lolos UN, tapi sayangnya dari keempat teman luar saya yang lainya, hanya dua orang sajalah yang lulus, yaitu saya dan teman saya yang bernama Aprilia, semua guru-guru saya yang pernah memvonis sayapun ikut keheranan dengan kelulusan saya dan teman saya Aprilia, karena selama ini mereka menganggap kami sebagai anak nakal nan buruk di kelas. Tetapi dengan pengalaman tersebut saya mulai bisa menyimpulkan bahwa teman itu memang sangatlah berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Karena memang tabiat manusia, ia akan terpengaruh dengan kebiasaan, akhlak, dan perilaku teman dekatnya. Pilih-pilih teman memang tidak boleh tapi kita juga harus berhati-hati dalam memilih teman. haduh… kok malah ceramah. :-)
Setelah lulus SMP saya di ajak teman saya (Ilma Zidna W.T.V) untuk belajar di pondoknya. Al-Hikmah adalah pondok yang di kelola oleh keluarga mbak Ilma sedangkan sekolahan yang di kelola keluarganya bernama MA Nurul Huda. Di situlah tempat saya melanjutkan sekolah saya. Saya mengambil jurusan bahasa yang mana di situ saya belajar bahasa Jepang. Belajar dari pengalaman saya yang dulu, saya berusaha mencari teman yang sekiranya dapat membawa saya kearah yang positif. Dan beruntungnya saya mendapatkan teman-teman yang baik dan tidak neko-neko. Saya merasa senang dengan kehidupan yang saya jalani, sehingga saya merasa waktu tiga tahun itu sangatlah singkat bagi saya. Setelah lulus dari aliyah saya merasa tertarik dengan bahasa Inggris, kemudian saya memutuskan untuk belajar di Kampung Inggris Pare. Saya belajar di sana kurang lebih Sembilan bulan. Di sana saya belajar mulai dari dasar sekali. Alhamdulillah dengan itu saya memiliki modal untuk berbicara dengan bahasa Inggris, yah,,,,, walaupun saya tidak begitu mahir tapi setidaknya saya sudah memiliki pegangan.
Saat ini saya sedang melanjutkan study saya di IAIN Salatiga dengan mengambil bahasa Inggris sebagai jurusan saya. Meskipun saya tidak terlalu pintar, harapan saya selama belajar di sini saya dapat fokus dalam  menuntut ilmu, sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan nilai yang memuaskan. Dan harapan saya setelah lulus dari IAIN Salatiga semoga saya dapat langsung mangaplikasikan ilmu yang saya peroleh dengan baik dan mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negri. Jika ada seribu orang yang bisa belajar di luar negri semoga salah satunya adalah saya, jika ada seratus orang yang menuntut ilmu di luar negri semoga salah satunya adalah saya, jika ada sepuluh orang yang berjuang mendapatkan ilmu di luar negri semoga salah satunya adalah saya, dan jika ada satu orang yang beruntung mendapatkan beasiswa ke luar negri semoga itu adalah saya.